Trade Indonesia Expo (TEI) pada Rabu (16/10) resmi dibuka. Ajang
tahunan yang mempertemukan eksportir lokal dan pembeli mancanegara ini
disebut sebagai momen untuk meningkatkan perdagangan Tanah Air.
Di tengah kondisi perekonomian yang masih diliputi ketidakpastian maka pengusaha harus jeli melihat peluang dan pasar potensial untuk menggenjot ekspor. Peningkatan kinerja ekspor inilah yang menjadi solusi dari masalah defisit neraca perdagangan Indonesia.
Hal ini pula yang ditekankan oleh Wakil Presiden Boediono. Menurutnya, pemerintah akan membantu upaya para pengusaha dalam bentuk promosi salah satunya ajang TEI ini.
"Sebagai eksportir, kita semua harus sangat sangat jeli mana pasar yang tumbuh cepat, mana yang baru dan sebelumnya belum dimasuki," katanya.
Pemerintah, lanjutnya, juga akan mendukung dalam proses negosiasi. "Pemerintah tentu akan mengamankan kepentingan nasional Indonesia," lanjutnya.
Salah satu faktor pendukung kejelian ini tentunya adalah aspek keunikan komoditas. Saat Indonesia mampu menyediakan barang yang tidak dapat diberikan oleh negara lain maka pengusaha lokal akan menjadi penguasa pasar.
Maka dari itu, merdeka.com mencoba merangkum apa saja barang-barang unik komoditas Indonesia yang menjadi andalan dalam menggenjot ekspor itu.
1. Bulu Mata
Pemerintah menyatakan produk fashion seperti bulu mata dan rambut palsu (wig) Indonesia mampu meraup keuntungan mencapai USD 12 miliar (Rp 115 triliun) pada tahun lalu. Produk ini terjual hampir di 40 negara dunia.
Pada medio Februari lalu, Direktur Jendral Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami sempat mengatakan pangsa pasar komoditi tersebut khususnya yang menganut tren fesyen seperti negara-negara kawasan Amerika dan Eropa. Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand pun menjadi pembeli produk Indonesia ini.
Hal ini diamini oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Menurutnya, ekspor bulu mata palsu Indonesia, bersama produk baju, mampu menyumbang nilai ekspor mencapai USD 250 juta atau setara Rp 2,8 triliun.
Bahkan produk bulu mata palsu buatan anak negeri telah dipakai oleh salah satu diva dunia yakni Katy Perry. "Bulu mata buatan Kabupaten Probolinggo dipake Katy Perry penjualannya USD 250 juta per tahun," ujarnya di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (16/10).
Sentra pengrajin wig dan bulu mata ini banyak berasal dari wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Surabaya dan DKI Jakarta. Ke depan, permintaan produk kecantikan ini akan terus meningkat jika industri fesyen dalam negeri terus mendapat dukungan penuh baik dari pemerintah dan seluruh pelaku usaha.
2. Baju
Siapa yang tidak mengenal Lady Gaga? Penyanyi asal Amerika ini dikenal tidak hanya karena lantunan suaranya saja melainkan juga dari gaya berpakaiannya yang unik.
Namun siapa yang menyangka jika pasokan baju-baju Lady Gaga ternyata diberikan dari Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan pada pembukaan TEI, kemarin.
Gita mengungkapkan bahwa produk baju lokal ikut berkontribusi pada peningkatan ekspor. Bersama bulu mata palsu, produk baju turut menyumbang untuk nilai total ekspor USD 250 juta.
Gita berharap ajang TEI ini dapat memberikan efek berkelanjutan dari produk ekspor Indonesia. Untuk menjamin agar calon pembeli melimpah selama gelaran TEI pada 16-20 Oktober mendatang, Gita mengaku pihaknya mengirim surat pada kedutaan yang ada di Indonesia. Diplomat diminta mengundang pengusaha negaranya masing-masing.
Hasil dari undangan itu, menurut Kemendag, banyak disambut negara Afrika, misalnya Nigeria dan Afrika Selatan. Sementara Asia masih mendominasi calon pembeli TEI.
3. Rumah Panggung
Rumah panggung yang dapat dibongkar pasang (knock-down) menjadi salah satu produk unggulan di pagelaran TEI kali ini. Salah satunya ialah rumah Bari khas Kabupaten Ogan Hilir, Kecamatan Tanjung Sebrang, Sumatera Selatan.
Sang penjual, Dadang, mengatakan produk buatan mereka sudah melalang buana ke banyak negara. Padahal sebetulnya, hunian didominasi kayu ini didesain turun-temurun buat kondisi tropis di Sumsel.
Karena ada permintaan dari orang asing, Dadang dan perajin lain merancang rumah Bari yang bisa dibongkar pasang agar mudah dikapalkan. Untuk memasangnya kembali, pembeli dibekali CD berisi panduan menyusunnya.
Inovasinya tak sia-sia. Rumah berbahan kayu meranti ini sudah dipesan pembeli dari India, Malaysia, Iran, Libanon, hingga Spanyol.
Untuk Rumah Bari tipe 80, Dadang membanderolnya seharga Rp 160 juta. Sementara tipe 46 diberi label harga Rp 45 juta. Rata-rata pembeli mencari tipe 80. Jika diekspor, biaya pengapalan ditanggung pembeli, sehingga, orang asing mengeluarkan duit lebih dari Rp 200 juta untuk 1 unit rumah panggung.
4. Kulit Reptil
Industri fesyen luar negeri menilai kulit reptil, seperti buaya, memiliki kualitas mumpuni sebagai bahan tas atau jaket. Karena itulah ada saja pengusaha dalam negeri yang menggeluti usaha ekspor seperti ini.
Sama seperti rambut, karena mengikuti tren fesyen, maka permintaan ekspor kulit reptil sangat tergantung suasana hati para penggila busana.
Ada bulan di mana eksportir kulit reptil menangguk ratusan ribu dolar, tapi banyak juga bulan-bulan sepi sama sekali tidak ada order. Tapi jangan remehkan untungnya. Sepanjang tahun ini menurut BPS, kulit buaya dan ular bernilai USD 3,6 juta alias Rp 35 miliar.
5. Kaki Kodok
Pada 1989 ada film komedi arahan Norman Benny berjudul "Makelar Kodok", dibintangi pelawak Kadir dan Doyok. Dalam film itu digambarkan Doyok kaya raya mendadak karena mengekspor kodok, yang notabene hewan tidak berharga seperti sapi, ke negara-negara maju.
Kini dagelan itu sudah tidak relevan lagi. Terbukti ekspor kodok menyumbang devisa cukup besar. Berdasarkan data BPS, permintaan kodok, lebih tepatnya kaki kodok, dari luar negeri seperti China cenderung meningkat setiap bulan.
Permintaan bahan masakan swikee itu hanya turun di bulan Juni dan Juli saja. Secara total, sampai tiga bulan terakhir tahun lalu, nilai ekspor kaki kodok mencapai USD 15,7 juta setara Rp 150 miliar.
sumber : http://www.merdeka.com/uang/5-produk-indonesia-yang-curi-perhatian-dunia/bulu-mata.html
Di tengah kondisi perekonomian yang masih diliputi ketidakpastian maka pengusaha harus jeli melihat peluang dan pasar potensial untuk menggenjot ekspor. Peningkatan kinerja ekspor inilah yang menjadi solusi dari masalah defisit neraca perdagangan Indonesia.
Hal ini pula yang ditekankan oleh Wakil Presiden Boediono. Menurutnya, pemerintah akan membantu upaya para pengusaha dalam bentuk promosi salah satunya ajang TEI ini.
"Sebagai eksportir, kita semua harus sangat sangat jeli mana pasar yang tumbuh cepat, mana yang baru dan sebelumnya belum dimasuki," katanya.
Pemerintah, lanjutnya, juga akan mendukung dalam proses negosiasi. "Pemerintah tentu akan mengamankan kepentingan nasional Indonesia," lanjutnya.
Salah satu faktor pendukung kejelian ini tentunya adalah aspek keunikan komoditas. Saat Indonesia mampu menyediakan barang yang tidak dapat diberikan oleh negara lain maka pengusaha lokal akan menjadi penguasa pasar.
Maka dari itu, merdeka.com mencoba merangkum apa saja barang-barang unik komoditas Indonesia yang menjadi andalan dalam menggenjot ekspor itu.
1. Bulu Mata
Pemerintah menyatakan produk fashion seperti bulu mata dan rambut palsu (wig) Indonesia mampu meraup keuntungan mencapai USD 12 miliar (Rp 115 triliun) pada tahun lalu. Produk ini terjual hampir di 40 negara dunia.
Pada medio Februari lalu, Direktur Jendral Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Gusmardi Bustami sempat mengatakan pangsa pasar komoditi tersebut khususnya yang menganut tren fesyen seperti negara-negara kawasan Amerika dan Eropa. Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Thailand pun menjadi pembeli produk Indonesia ini.
Hal ini diamini oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Menurutnya, ekspor bulu mata palsu Indonesia, bersama produk baju, mampu menyumbang nilai ekspor mencapai USD 250 juta atau setara Rp 2,8 triliun.
Bahkan produk bulu mata palsu buatan anak negeri telah dipakai oleh salah satu diva dunia yakni Katy Perry. "Bulu mata buatan Kabupaten Probolinggo dipake Katy Perry penjualannya USD 250 juta per tahun," ujarnya di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (16/10).
Sentra pengrajin wig dan bulu mata ini banyak berasal dari wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, Surabaya dan DKI Jakarta. Ke depan, permintaan produk kecantikan ini akan terus meningkat jika industri fesyen dalam negeri terus mendapat dukungan penuh baik dari pemerintah dan seluruh pelaku usaha.
2. Baju
Siapa yang tidak mengenal Lady Gaga? Penyanyi asal Amerika ini dikenal tidak hanya karena lantunan suaranya saja melainkan juga dari gaya berpakaiannya yang unik.
Namun siapa yang menyangka jika pasokan baju-baju Lady Gaga ternyata diberikan dari Indonesia. Hal ini diungkapkan oleh Menteri Perdagangan Gita Wirjawan pada pembukaan TEI, kemarin.
Gita mengungkapkan bahwa produk baju lokal ikut berkontribusi pada peningkatan ekspor. Bersama bulu mata palsu, produk baju turut menyumbang untuk nilai total ekspor USD 250 juta.
Gita berharap ajang TEI ini dapat memberikan efek berkelanjutan dari produk ekspor Indonesia. Untuk menjamin agar calon pembeli melimpah selama gelaran TEI pada 16-20 Oktober mendatang, Gita mengaku pihaknya mengirim surat pada kedutaan yang ada di Indonesia. Diplomat diminta mengundang pengusaha negaranya masing-masing.
Hasil dari undangan itu, menurut Kemendag, banyak disambut negara Afrika, misalnya Nigeria dan Afrika Selatan. Sementara Asia masih mendominasi calon pembeli TEI.
3. Rumah Panggung
Rumah panggung yang dapat dibongkar pasang (knock-down) menjadi salah satu produk unggulan di pagelaran TEI kali ini. Salah satunya ialah rumah Bari khas Kabupaten Ogan Hilir, Kecamatan Tanjung Sebrang, Sumatera Selatan.
Sang penjual, Dadang, mengatakan produk buatan mereka sudah melalang buana ke banyak negara. Padahal sebetulnya, hunian didominasi kayu ini didesain turun-temurun buat kondisi tropis di Sumsel.
Karena ada permintaan dari orang asing, Dadang dan perajin lain merancang rumah Bari yang bisa dibongkar pasang agar mudah dikapalkan. Untuk memasangnya kembali, pembeli dibekali CD berisi panduan menyusunnya.
Inovasinya tak sia-sia. Rumah berbahan kayu meranti ini sudah dipesan pembeli dari India, Malaysia, Iran, Libanon, hingga Spanyol.
Untuk Rumah Bari tipe 80, Dadang membanderolnya seharga Rp 160 juta. Sementara tipe 46 diberi label harga Rp 45 juta. Rata-rata pembeli mencari tipe 80. Jika diekspor, biaya pengapalan ditanggung pembeli, sehingga, orang asing mengeluarkan duit lebih dari Rp 200 juta untuk 1 unit rumah panggung.
4. Kulit Reptil
Industri fesyen luar negeri menilai kulit reptil, seperti buaya, memiliki kualitas mumpuni sebagai bahan tas atau jaket. Karena itulah ada saja pengusaha dalam negeri yang menggeluti usaha ekspor seperti ini.
Sama seperti rambut, karena mengikuti tren fesyen, maka permintaan ekspor kulit reptil sangat tergantung suasana hati para penggila busana.
Ada bulan di mana eksportir kulit reptil menangguk ratusan ribu dolar, tapi banyak juga bulan-bulan sepi sama sekali tidak ada order. Tapi jangan remehkan untungnya. Sepanjang tahun ini menurut BPS, kulit buaya dan ular bernilai USD 3,6 juta alias Rp 35 miliar.
5. Kaki Kodok
Pada 1989 ada film komedi arahan Norman Benny berjudul "Makelar Kodok", dibintangi pelawak Kadir dan Doyok. Dalam film itu digambarkan Doyok kaya raya mendadak karena mengekspor kodok, yang notabene hewan tidak berharga seperti sapi, ke negara-negara maju.
Kini dagelan itu sudah tidak relevan lagi. Terbukti ekspor kodok menyumbang devisa cukup besar. Berdasarkan data BPS, permintaan kodok, lebih tepatnya kaki kodok, dari luar negeri seperti China cenderung meningkat setiap bulan.
Permintaan bahan masakan swikee itu hanya turun di bulan Juni dan Juli saja. Secara total, sampai tiga bulan terakhir tahun lalu, nilai ekspor kaki kodok mencapai USD 15,7 juta setara Rp 150 miliar.
sumber : http://www.merdeka.com/uang/5-produk-indonesia-yang-curi-perhatian-dunia/bulu-mata.html
Tags
Fakta