(Daru Waskita (Yogyakarta))
Adalah Subkhan Nur Raufiq (42) perajin batok kelapa dari Dusun
Santan, Desa Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, yang berhasil mewujudkan mimpinya dengan memilih
tidak merantau ke daerah lain. Apalagi, menjadi buruh di suatu pabrik
yang jauh dari tempat tinggalnya.
Subkhan menceritakan bagaimana awalnya dirinya memulai usaha
kerajinan tangan dengan bahan dasar batok kelapa, yang kala itu hanya
digunakan untuk membuat arang atau bahkan hanya dibuang begitu saja
karena kayu masih melimpah di kampungnya.
"Usai lulus SMA tahun 1992, ketika teman mencari pekerjaan di luar
kota, saya hanya jalan-jalan di Malioboro untuk melihat-lihat kerajinan
tangan. Setelah itu, muncul ide memanfaatkan batok kelapa untuk menjadi
gantungan kunci atau suvenir untuk pernikahan," katanya, saat ditemui di
rumah produksi yang bernama Chumplung Adji Craff di Dusun Santan, Desa
Guwosari, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul, DIY, Rabu 20 November
2013.
Untuk membuat suvenir pernikahan dan gantungan kunci itu, Subkhan
mengaku hanya mempunyai uang Rp12.500, yang digunakan untuk membeli alat
bubut yang sangat sederhana dan masih manual.
Namun, dengan alat yang masih manual itu justru terciptalah
gantungan kunci dan suvenir pernikahan dari bahan dasar batok kelapa
yang indah. "Saat itu, pemasarannya masih door to door, sehingga kurang laku di pasaran dan penjualan sangat terbatas," ujarnya.
Akibat tak begitu laku, dirinya nekat untuk melakukan promosi
produknya ke hotel-hotel yang ada di Yogyakarta. Kala itu, hanya di dua
hotel yaitu Hotel Garuda dan Hotel Ambarukmo.
Berawal dari promosi di kedua hotel tersebutlah, ada pembeli dari
luar negeri yang memesan alat musik Marakas untuk dikirim ke Kanada.
"Mereka memberikan contoh alat musik tersebut dan dengan alat yang masih
manual itu akhirnya pesanan dapat dipenuhi dan dikirim ke Kanada,"
katanya.
Menurut Subkhan, dari alat musik Marakas itulah usahanya terus
berkembang hingga 1998, saat Indonesia mengalami krisis ekonomi tapi
produk kerajinan tangan yang dihasilkannya justru mendapatkan keuntungan
besar karena pasarnya adalah luar negeri dengan transaksi dolar.
"Ketika dolar harganya Rp15.000, sekali kirim hasil kerajinan
tangan sesuai dengan pesanan pembeli, maka miliaran rupaiah dapat
diraup. Itu merupakan puncak usaha yang saya geluti," terangnya.
Subkhan mengaku bahwa hingga saat ini dirinya masih memiliki
delapan tenaga kerja yang mengerjakan pesanan dari Eropa, Australia
maupun kawasan Timur Tengah. Namun demikian, jika pesanannya cukup
banyak, pekerjaan di sub-kan kepada tetangganya yang kini ada delapan
kepala keluarga yang mengerjakan kerajinan tangan dengan bahan baku
tempurung kelapa atau batok.
"Akibat terbatasnya perajin yang ada di kampung. Maka, pesanan dari
luar negeri yang cukup banyak tak mampu dipenuhi. Kami kerepotan untuk
memenuhi permintaan dari para pembeli," keluhnya.
Dia mengaku bahwa tenaga trampil dan memiliki sifat telaten, ulet,
dan sabar sangat sulit ditemukan sehingga untuk memenuhi pesanan produk
ekspor sulit untuk dipenuhi. Apalagi, setiap tenaga yang mampu membuat
produk, mereka akan "diusir" untuk dapat mandiri dan berusaha sendiri.
"Saya ingin menciptakan bos-bos baru, bukan menciptakan tenaga kerja saja. Ketika banyak bos baru, harapan saya 'one village one product' dapat terealisasi," tuturnya.
Sementara itu, Hartini (40), istri Subkhan mengaku pesanan
kerajinan tangan dari luar negeri sangat banyak karena produknya adalah
produk ramah lingkungan dan hal itu menjadi target utama para pembeli
dari luar negeri.
"Dalam bulan ini, kita mendapatkan pesanan peralatan makan dari
tempurung kelapa. Mulai dari gelas hingga piring dan tempat nasi atau
sayur yang hanya sekali pakai. Pesanan datang dari negara Jepang,"
ujarnya.
Hartini yang telah dikarunia dua orang putra dari pernikahanya
dengan Subkhan ini mengatakan bahwa pangsa pasar luar negeri, terutama
produk yang ramah lingkungan masih sangat terbuka dan tinggal kemauan
dan kemampuan SDM yang perlu ditingkatkan. Sebab, untuk pasokan bahan
baku sudah ada yang akan memasok dan tidak akan kekurangan.
sumber : Viva