Kependudukan Kolonial Belanda di Indonesia mempunyai banyak peninggalan di Indonesia, salah satunya adalah Tata Kota
di Jawa yang dirancang oleh Insinyur – insinyur Belanda. Salah satu
insinyur tersebut adalah Ir. Herman Thomas Karsten (1884-1945), beliau
sempat menjadi adviseur di beberapa kota di Jawa seperti Batavia,
Bandung, Semarang, Bogor, Malang, Cirebon, Madiun, Purwokerto, Surakarta, Yogyakarta, hingga Banjarmasin, Padang, dan Palembang.
Merujuk pada jurnal Hadinoto,
golongan Belanda tinggal di daerah pemerintahan dan jalan-jalan besar
yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti jalan Ijen. Orang Cina yang
berprofesi sebagai pedagang tinggal di daerah pasar seperti pecinan.
Orang Arab kebanyakan bermukim di dekat Masjid. Sedangkan golongan
pribumi tinggal di gang gang dekat alun-alun.
Seperti kota di Jawa jaman Hindia Belanda pada umumnya, kota Malang
juga berpusat di alun alun. Di alun-alun ini terdapat bangunan
pemerintahan seperti Kantor Bupati, Asisten Residen, dan Penjara. Pusat
Bisnis seperti bank, Kantor Pos, Bioskop serta pusat keramaian lainnya.
Selain itu pusat keagamaan seperti Masjid dan dua gereja, katolik dan
protestan. Dapat disimpulkan bahwa alun-alun di kota malang juga merupakan sentra keramaian karena berfungsi sebagai Ruang Terbuka Hijau tempat orang-orang beraktivitas.
Karsten dalam merancang tata wilayah kota Malang
mempertimbangkan keindahan kota yang masih terasa hingga sekarang
karena dikelilingi oleh Gunung Semeru, Arjuna, dan Kawi. Salah satu landmark Karsten di Malang
adalah kawasan elit Ijen yang dulunya diperuntukkan kepada golongan
Eropa. Sampai saat ini beberapa rumah di jalan ijen masih berasitektur
jaman kolonial.
http://kompetiblog2011.studidibelanda.com/news/edit/781.html |
Selanjutnya Karsten bersama pemerintah
kota berencana meningkatkan fasilitas kota dengan rencana pembangunan
yang detil. dimulai dari Bouwplan I hingga Bouwplan VIII. Setelah menyusun masterplan perencanaan kota, beliau didaulat menyusun peraturan bangunan dan tata kota hingga kemudian tugasnya selesai.
Pada dasarnya kota Malang
hanya dirancang untuk menampung 86.000 penduduk, namun hingga tahun
2008 jumlah populasi sudah mencapai 814.000. Tentunya kondisi yang
berbeda apabila dibandungkan dengan tahun 1935.
Kenyataan di atas menunjukkan bagaimana majunya pengetahuan tata kota
negara Belanda, dimana Meneer Karsten berpikir jauh dalam merencanakan
kota dengan menyesuaikan dengan keadaan demografi penduduk, serta
kombinasi keindahan alam dengan perencanaan tata kota yang terasa hingga kini.
Terima Kasih Meneer Herman Thomas Karsten telah membuat kota kelahiran penulis menjadi sangat indah
sumber:
http://goo.gl/fXTx6