Meski mi instan diketahui bukanlah makanan yang menyehatkan, namun
nyatanya tak sedikit orang yang menggemari makanan ini. Walau begitu ada
cara sehat yang bisa dilakukan bagi para penggemar mi instan.
Mi instan bisa dibilang adalah makanan yang cara penyajiannya sangat mudah, mengenyangkan dan memiliki rasa yang gurih serta enak. Tak heran beberapa orang bisa sangat ketagihan mengonsumsi mi instan.
"Untuk mi instan saya tidak anjurkan dikonsumsi oleh orang yang gemuk, hipertensi atau diabetes," ujar dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, pakar gizi dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta ketika dihubungi detikHealth, Kamis (4/10/2012).
dr Titi menjelaskan karbohidrat yang terkandung di dalam mi instan ini sudah mengalami proses berkali-kali yang membuatnya mudah sekali diserap sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.
Selain itu di dalam bumbu mi instan ini juga mengandung kadar garam dan pengawet seperti monosodium glutamat (MSG) yang tinggi, sehingga pada orang yang memiliki hipertensi, kegemukan dan diabetes dianjurkan tidak mengonsumsi mi instan.
Sementara kandungan lilin yang selama ini diyakini ada dalam mi instan umumnya akan meleleh atau hilang ketika direbus, untuk itu jika seseorang membuat mi instan sebaiknya air rebusannya tidak dikonsumsi.
"Pada orang yang normal tetap jangan makan mi instan setiap hari, apalagi sekali makan langsung 2, tapi harus dibatasi setidaknya sekali dalam seminggu karena mi instan itu tidak sehat," ungkapnya.
dr Titi menyarankan setiap orang harus mengonsumsi pola makan yang seimbang yaitu mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak dan juga banyak sayuran. Hal ini agar nutrisi yang dibutuhkan tubuh bisa terpenuhi.
Untuk itu bagi yang sangat menggemari mi instan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Jangan terlalu sering makan mi instan, minimal seminggu sekali.
2. Jangan mengonsumsi air rebusan dari mi tersebut.
3. Tambahkan sayuran saat menyajikan mi instan.
4. Usahakan untuk tidak menggabungkan mi instan dengan nasi, karena keduanya sama-sama mengandung karbohidrat. Jadi sebaiknya gabungkan dengan makanan lain seperti protein.
sumber : http://health.detik.com
Mi instan bisa dibilang adalah makanan yang cara penyajiannya sangat mudah, mengenyangkan dan memiliki rasa yang gurih serta enak. Tak heran beberapa orang bisa sangat ketagihan mengonsumsi mi instan.
"Untuk mi instan saya tidak anjurkan dikonsumsi oleh orang yang gemuk, hipertensi atau diabetes," ujar dr Titi Sekarindah, MS, SpGK, pakar gizi dari Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta ketika dihubungi detikHealth, Kamis (4/10/2012).
dr Titi menjelaskan karbohidrat yang terkandung di dalam mi instan ini sudah mengalami proses berkali-kali yang membuatnya mudah sekali diserap sehingga dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat.
Selain itu di dalam bumbu mi instan ini juga mengandung kadar garam dan pengawet seperti monosodium glutamat (MSG) yang tinggi, sehingga pada orang yang memiliki hipertensi, kegemukan dan diabetes dianjurkan tidak mengonsumsi mi instan.
Sementara kandungan lilin yang selama ini diyakini ada dalam mi instan umumnya akan meleleh atau hilang ketika direbus, untuk itu jika seseorang membuat mi instan sebaiknya air rebusannya tidak dikonsumsi.
"Pada orang yang normal tetap jangan makan mi instan setiap hari, apalagi sekali makan langsung 2, tapi harus dibatasi setidaknya sekali dalam seminggu karena mi instan itu tidak sehat," ungkapnya.
dr Titi menyarankan setiap orang harus mengonsumsi pola makan yang seimbang yaitu mengandung karbohidrat kompleks, protein, lemak dan juga banyak sayuran. Hal ini agar nutrisi yang dibutuhkan tubuh bisa terpenuhi.
Untuk itu bagi yang sangat menggemari mi instan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Jangan terlalu sering makan mi instan, minimal seminggu sekali.
2. Jangan mengonsumsi air rebusan dari mi tersebut.
3. Tambahkan sayuran saat menyajikan mi instan.
4. Usahakan untuk tidak menggabungkan mi instan dengan nasi, karena keduanya sama-sama mengandung karbohidrat. Jadi sebaiknya gabungkan dengan makanan lain seperti protein.
sumber : http://health.detik.com