Meskipun biaya untuk memiliki
kekuatan militer sangat tinggi, sebagian besar pemerintah menganggap
anggaran pertahanan menjadi suatu keharusan. Namun ada beberapa negara
yang memilih untuk menghapuskan kekuatan militer mereka. Pada artikel
ini, kita akan mengeksplorasi bagaimana dan mengapa negara-negara ini
memutuskan untuk menghapus militernya dan apa pertahanan (jika ada) yang
mereka miliki sebagai pengganti kekuatan militer yang mereka hapus
tersebut.
1. Haiti

Misalnya, kurang dari setahun
setelah Jean-Bertrand Aristide terpilih sebagai presiden pada 16
Desember 1990, pemerintahannya diserbu oleh kudeta militer. Haiti
mengalami pemerintahan militer sampai tahun 1994, ketika PBB turun
tangan dan dengan cara paksa menggulingkan kepemimpinan Haiti. Setelah
Aristide diangkat kembali sebagai presiden, dia dengan cepat membubarkan
angkatan bersenjata Haiti sebelum mereka bisa menimbulkan masalah lebih
lanjut. Saat ini, Haiti sangat bergantung pada pasukan PBB untuk
masalah keamanan, meskipun pada tahun 2011, Presiden Michel Martelly
mengumumkan niatnya untuk membangun militer baru untuk menggantikan
pasukan PBB.
2. Kosta Rika

Pada tahun 1948, setelah periode
pergolakan politik yang tidak biasa, dan selanjutnya meledak menjadi
perang saudara yang berlangsung selama 44 hari, dan mengakibatkan 2.000
korban. Dalam upaya untuk memastikan konflik seperti itu tidak akan
pernah terjadi lagi, pemerintah yang baru menyusun sebuah konstitusi
yang tidak hanya menjamin pemilu yang bebas dan terbuka, tetapi juga
menghapuskan angkatan bersenjata negara itu.
Tanpa kekuatan militer, tidak
berarti negara ini tak berdaya. Pada tahun 2011, Kosta Rika
diproyeksikan untuk menghabiskan anggaran pertahanan hampir $ 300 juta
pada polisi bersenjata dan penjaga pantai dengan persenjataan setingkat
militer. Bahkan, anggaran pertahanan telah berkembang menjadi tiga kali
lebih besar dari Nikaragua, negara tetangganya di utara, yang sering
terlibat dalam sengketa perbatasan dengan Kosta Rika.
3. Republik Mauritius

Total keseluruhan, ada 10.115
personil yang bekerja pada badan-badan tersebut. Badan-badan ini
dibebankan untuk menangani segala sesuatu dari kontrol kerusuhan sampai
misi SAR, meskipun mereka tidak dilengkapi untuk menangani pertahanan
nasional. Negara ini juga menerima pelatihan kontraterorisme dari
Amerika Serikat, dan penjaga pantainya bekerja sama dengan Angkatan Laut
India.
4. Panama

Panama pertama mengalami masalah
dengan militer pada tahun 1968, ketika militer mengkudeta presiden yang
terpilih secara demokratis, Dr Arnulfo Arias Madrid, untuk ketiga dan
terakhir kalinya sebelum militer mengambil alih kekuasaan. Militer
memainkan peran utama dalam pemerintahan Panama sepanjang tahun 1980-an,
ketika Jenderal Manuel Noriega berkuasa. AS awalnya mendukung Noriega,
tetapi karena korupsi, perdagangan narkoba dan kecurangan dalam pemilu
yang tersebar luas di Panama, ketegangan antara kedua negara ini
meningkat.
Pada tahun 1989, AS menginvasi
Panama, menjatuhkan Noriega dari kekuasaannya dan mengantarkan pada
pemilu yang demokratis. Karena ketidakpercayaan masyarakat Panama yang
mendalam pada militer, pemerintah mengamandemen konstitusi dan
membubarkan militer pada tahun 1994. Meskipun memiliki hubungan yang
jauh lebih baik dengan AS, Panama tetap menolak mengizinkan AS untuk
mendirikan pangkalan militer untuk memerangi perdagangan narkoba di
wilayah perbatasannya.
5. Negara Federasi Mikronesia

Pada tahun 1986, Mikronesia
menandatangani Compact of Free Association dengan AS, dan pertahanan
negara ini telah menjadi tanggung jawab AS sejak saat itu. Terlebih
lagi, warga dari Mikronesia tidak perlu visa untuk bekerja di AS dan
sebaliknya. Sementara warga Mikronesia bergantung pada AS untuk
pertahanan mereka, mereka juga dapat mendaftar pada angkatan bersenjata
AS. Bahkan, warga Mikronesia memainkan peran aktif dalam militer AS dan
telah benar-benar mengalami kematian lebih besar dalam persentase di
perang Irak dan Afghanistan dibandingkan pasukan AS.
sumber ; http://onseratus.blogspot.com
Tags
Fakta