Presiden Iran Hassan Rouhani menolak tawaran Raja Abdullah Abdullah bin Abdulaziz bin Abdulrahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Saud menghadiri pelaksanaan haji 2013 di Kota Makkah, Arab Saudi. Ini lantaran kesibukannya tidak bisa ditinggalkan.
Surat kabar Times of Israel melaporkan, Kamis (3/10), pernyataan disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Iran Husen Amir Abdulahian ini sekaligus membantah Rouhani menyanggupi undangan acara haji itu seperti diberitakan di pelbagai media.
Akhir bulan lalu seorang sumber diplomatik Saudi enggan menyebutkan namanya mengatakan pada Lembaga Pers Internasional jika Rouhani menerima undangan haji, namun Ibu Kota Teheran merasa tidak menerima undangan dari Ibu Kota Riyadh.
Penolakan Rouhani atas undangan itu langsung dihubungkan dengan permusuhan antara Iran dengan Saudi notabene berbeda keyakinan. Iran syiah sementara Saudi Wahabi dan sebagian Sunni memang punya masa terburuk era 80-90an.
Pemimpin spiritual Iran pada 1987 Ayatullah Ruhallah Khomeini mengecam Saudi lantaran 400 warganya tewas dalam bentrokan dengan polisi Saudi akibat perbedaan keyakinan ini. Khomeini menyamakan rezim Saudi dengan belati dan wahabi fasik kerap menusuk jantung umat Islam dari belakang.
Pembantaian itu akhirnya membuat marah warga Iran. Mereka mendatangi kedutaan Saudi di Teheran dan membalas serangan polisi Saudi. Akibatnya kedua negara memutuskan hubungan diplomatik dan warga Iran dilarang pergi haji hingga 1991.
Meski di permukaan hubungan kedua negara itu sudah baik-baik saja, namun situs pembocor rahasia WikiLeaks membongkar kenyataan pada 2010 dimana Raja Abdullah berulang kali mendesak Amerika Serikat untuk menyerang Iran dan menyebut negara itu kepala ular. Hingga kini media Saudi pun masih sangat kritis pada Iran dan sepak terjang kebijakan luar negeri mereka di Timur Tengah.
sumber : http://www.merdeka.com