Dalam pidatonya pada siaran televisi lokal, Qumsieh mengakui konflik di kawasan itu antara Israel dan Palestina ikut mempengaruhi jumlah penganut Kristen. Dalam pidatonya itu dia tidak sepenuhnya menyalahkan Israel, seperti dilansir israeltoday.co.il, Selasa (24/12).
Qumsieh berkeras mengatakan ancaman terbesar yang dihadapi umat Kristen, kini berjumlah sepertiga penduduk Betlehem, antara lain rendahnya tingkat kelahiran, perpindahan penduduk, dan diskriminasi oleh warga muslim.
"Diskriminasi itu terjadi sembunyi-sembunyi dan itu lebih membahayakan," kata Qumsieh.
Dia mengatakan keluarga Kristen di sana rata-rata hanya memiliki dua anak, kalah jauh dengan rata-rata keluarga muslim. Kondisi saat ini, kata dia, semakin berbahaya karena banyaknya bukti kehadiran jaringan Al Qaidah di kawasan konflik itu.
sumber : Merdeka
artikel yang menarik, terimakasih informasinya.
BalasHapus