Menurut Salahuddin Wahid, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Gus Dur memang memiliki kadar keberanian dan kecerdasan hebat di antara saudara-saudaranya. Ibarat bibit unggul, kata dia, Gus Dur tumbuh di lingkungan subur. Sehingga bibit itu kemudian tumbuh menjadi tanaman subur.
"Gus Dur cerdas, penuh potensi, tapi melalui proses panjang, tidak langsung seperti itu. Gus Dur mendapat pendidikan tepat, meski saya tidak tahu lulus apa tidak. Tapi Gus Dur itu bibit unggul, yang tumbuh di lahan subur. Lahan subur itu NU dan keluarga," ujar Gus Solah, yang juga adik kandung Gus Dur, itu di Jombang, Kamis (26/12).
Gus Solah menukil cerita Mantan Menteri Agama RI era Reformasi Malik Fajar. Suatu waktu, Gus Dur pernah ingin melanjutkan kuliah S2 di IAIN Sunan Ampel, Surabaya. Namun karena masalah administrasi kurang lengkap, Gus Dur tidak diterima. "Gus Dur ya gitu itu, kalau soal administrasi memang ga rapi," kata Solah sambil tertawa.
Selanjutnya, Malik Fajar justru meminta Gus Dur mengajar mahasiswa S2 di sebuah universitas di Malang, Jawa Timur. "Gus Dur jawab, lho saya ini mau kuliah S2 saja ga bisa kok malah disuruh mengajar mahasiswa S2? Tapi karena diminta, Gus Dur mau juga."
Kemudian, Solah melanjutkan, belum sampai Gus Dur mengajar, mahasiswa dan dosen banyak yang memprotes rencana Malik Fajar mengutus Gus Dur mengajar mahasiswa S2 itu. "Pak Malik bilang ke para mahasiswa dan dosen, 'begini saja, dengerin dulu (Gus Dur mengajar), nanti kalau ga cocok kita berhentikan bareng-bareng."
Mendengar jawaban Malik Fajar, para dosen dan mahasiswa tenang. Sampai pada akhirnya Gus Dur masuk dan mengajar. Hasilnya, ternyata para dosen dan mahasiswa S2 di kampus itu puas. "Tidak ada yang protes, tidak ada yang keberatan. Kata mereka, 'Gus Dur enak mengajarnya, dan menguasai materi. Jadi itu, mau ambil S2, malah disuruh mengajar S2."
Kisah ilmu laduni Gus Dur juga diceritakan Kiai Sulthon Abdul Hadi, pengasuh pondok pesantren Al-Hikmah Al-Fathimiyyah, Tambakberas, Jombang. Gus Dur, kata dia, dibanding teman-teman seangkatannya, memang menonjol. "Lebih pintar. Kemampuan bahasanya hebat. Pernah ada tamu dari Mesir ke Tambakberas pidato pakai bahasa Arab dua jam, itu Gus Dur yang menerjemahkan."
Bagi Kiai Sulthon, ilmu laduni memang ada. Gus Dur mungkin mendapatkannya karena ketekunannya belajar. Gus Dur banyak membaca semua jenis buku. Itu menyebabkan dia memiliki pengetahuan lebih dibanding santri-santri lain. "Gus Dur sudah lebih tahu dan lebih faham lebih dulu dibanding murid-murid lain."
Selain dua kisah itu, sebenarnya masih banyak lagi kisah-kisah inspiratif soal Gus Dur, seperti ditulis dalam buku-buku tentang Gus Dur.
sumber : Merdeka