Shanty Town, Resor Kumuh di Afrika Selatan (Amusing Planet) |
Resor yang identik dengan kata mewah, dibalik 180 derajat oleh Emoya Luxury Hotel and Spa, pengelola Shanty Town. Tidak dibuat dari material eksklusif yang menjadi alasan tarif yang tinggi, resor tersebut justru berbentuk layaknya perkampungan kumuh, dengan dinding terbuat dari seng dan kayu bekas.
Shanty Town dibangun menggunakan seng, kayu bekas serta limbah lainnya. FOTO: Amusing Planet.
Tidak hanya itu, dilansir dari Amusing Planet, fasilitas
umum yang tersedia di resor tersebut juga dibuat menggunakan limbah,
seperti ban bekas, kontainer tidak terpakai, serta tong-tong yang sudah
berkarat. Jangan berharap restoran dengan menu gourmet, sebaliknya,
pengunjung bisa menikmati menu berbeque di api unggun di tepat di luar
kamar mereka.
Fasilitas umum dibuat dari ban bekas, kontainer tidak terpakai serta tong-tong berkarat. FOTO: Amusing Planet.
Tapi jangan salah, saat
memasuki kamar, keadaannya jauh berbeda. Setiap villa di resor tersebut
punya fasilitas layaknya hotel bintang lima dengan air panas, penghangat
ruangan, internet nirkabel, bahkan kolam air panas alami.
Menginap di Shanty Town dibanderol dengan harga US$82 atau Rp1 juta per malam. Mungkin bagi wisatawan berpunya, harga tersebut terbilang terjangkau. Tapi bagi sebagian besar masyarakat Afrika Selatan, tarif hotel tersebut setara dengan gaji mereka selama satu bulan.
Manager Emoya Luxury Hotel and Spa Buks Westraad mengungkapkan bahwa resor “kumuh” tersebut dihadirkan guna memenuhi permintaan pasar. “Banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Afrika Selatan dan ingin merasakan pengalaman hidup di perkampungan kumuh daripada hanya melihatnya ketika tur,” tutur Westraad.
Menginap di Shanty Town dibanderol dengan harga US$82 atau Rp1 juta per malam. Mungkin bagi wisatawan berpunya, harga tersebut terbilang terjangkau. Tapi bagi sebagian besar masyarakat Afrika Selatan, tarif hotel tersebut setara dengan gaji mereka selama satu bulan.
Manager Emoya Luxury Hotel and Spa Buks Westraad mengungkapkan bahwa resor “kumuh” tersebut dihadirkan guna memenuhi permintaan pasar. “Banyak wisatawan yang datang berkunjung ke Afrika Selatan dan ingin merasakan pengalaman hidup di perkampungan kumuh daripada hanya melihatnya ketika tur,” tutur Westraad.
Kendati punya tema unik, Shanty Town kerap dikecam oleh banyak kritikus. Mereka menganggap resor tersebut menyinggung, vulgar, dan tidak sensitif. Politikus Amerika Serikat Stephen Colbert juga menyebut resor tersebut tidak sensitif karena menjual kemiskinan.
Menanggapi komentar miring tentang resor yang dikelolanya, Westraad hanya mengangkat bahu dan berujar, “Kami percaya kami mengambil sesuatu yang berkonotasi negatif lalu mengubahnya jadi sesuatu yang positif dan itu terbukti dari popularitas Shanty Town,” katanya.
sumber : viva
hotel yang sangat aneh, tapi harga sewanya begitu mahal..
BalasHapus