Pengajar Fakultas Hukum Universitas Airlangga, I Wayan Titip Sulaksana, meyakini tewasnya singa Kebun Binatang Surabaya (KBS) pada Selasa lalu dalam posisi tergantung kawat seling bukan kebetulan.
Wayan, yang pernah menjadi Wakil Ketua Perkumpulan KBS, menilai satwa asal Afrika berusia 1,5 tahun bernama Michael itu sengaja dihabisi. "Kenapa digantung? Ini pesan buat orang-orang yang mati-matian ingin mempertahankan KBS," ujar Wayan, Kamis, 9 Januari 2014.
Wayan menduga, kematian satwa demi satwa di KBS merupakan konspirasi yang dibangun oleh pihak-pihak tertentu sejak 20 tahun lalu. Tujuannya agar satwa di kebun binatang tertua di Indonesia itu makin habis. Kematian satwa, kata Wayan, bisa dipakai alasan lembaga terkait untuk tidak mengeluarkan izin konservasi di KBS. "Bila satwanya bersih, pihak-pihak yang ingin menguasai lahan KBS untuk hotel lebih mudah mengambil alih," kata dia.
Kecurigaan Wayan menguat karena tempat kejadian perkara sudah dibersihkan sebelum polisi datang. Bangkai singa juga sudah diberi bahan pengawet, mendahului upaya polisi untuk melakukan otopsi. "Ada upaya menghilangkan jejak," kata dosen senior itu.
Upaya penggembosan KBS, ujar Wayan, makin kencang belakangan ini. Dari seorang informan di dalam KBS, Wayan mengaku memperoleh kabar bahwa 426 satwa dibawa ke luar KBS secara diam-diam.
Dengan luas lahan 15,5 hektare serta terletak di tengah kota, menurut Wayan, tak sedikit investor yang mengincar lahan KBS. "Patut diduga mafia tanah dan mafia satwa di belakang semua ini," kata dia.
Wayan pesimistis Pemerintah Kota Surabaya bisa memperbaiki kondisi KBS bila masih ada orang-orang lama di dalamnya. Secanggih apa pun pengelolaan KBS, kata Wayan, tidak akan membawa kemajuan berarti bila sisa-sisa rezim pengurus lama masih bercokol. "Pasti akan ada aksi sabotase berikutnya," ujar Wayan.
Namun, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Farman ragu Michael sengaja dihabisi lebih dahulu sebelum digantung. "Kalau pembunuhan, butuh berapa orang untuk mengangkat, sebab beratnya 300 kilogram," kata Farman.
Wayan, yang pernah menjadi Wakil Ketua Perkumpulan KBS, menilai satwa asal Afrika berusia 1,5 tahun bernama Michael itu sengaja dihabisi. "Kenapa digantung? Ini pesan buat orang-orang yang mati-matian ingin mempertahankan KBS," ujar Wayan, Kamis, 9 Januari 2014.
Wayan menduga, kematian satwa demi satwa di KBS merupakan konspirasi yang dibangun oleh pihak-pihak tertentu sejak 20 tahun lalu. Tujuannya agar satwa di kebun binatang tertua di Indonesia itu makin habis. Kematian satwa, kata Wayan, bisa dipakai alasan lembaga terkait untuk tidak mengeluarkan izin konservasi di KBS. "Bila satwanya bersih, pihak-pihak yang ingin menguasai lahan KBS untuk hotel lebih mudah mengambil alih," kata dia.
Kecurigaan Wayan menguat karena tempat kejadian perkara sudah dibersihkan sebelum polisi datang. Bangkai singa juga sudah diberi bahan pengawet, mendahului upaya polisi untuk melakukan otopsi. "Ada upaya menghilangkan jejak," kata dosen senior itu.
Upaya penggembosan KBS, ujar Wayan, makin kencang belakangan ini. Dari seorang informan di dalam KBS, Wayan mengaku memperoleh kabar bahwa 426 satwa dibawa ke luar KBS secara diam-diam.
Dengan luas lahan 15,5 hektare serta terletak di tengah kota, menurut Wayan, tak sedikit investor yang mengincar lahan KBS. "Patut diduga mafia tanah dan mafia satwa di belakang semua ini," kata dia.
Wayan pesimistis Pemerintah Kota Surabaya bisa memperbaiki kondisi KBS bila masih ada orang-orang lama di dalamnya. Secanggih apa pun pengelolaan KBS, kata Wayan, tidak akan membawa kemajuan berarti bila sisa-sisa rezim pengurus lama masih bercokol. "Pasti akan ada aksi sabotase berikutnya," ujar Wayan.
Namun, Kepala Satuan Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya Ajun Komisaris Besar Farman ragu Michael sengaja dihabisi lebih dahulu sebelum digantung. "Kalau pembunuhan, butuh berapa orang untuk mengangkat, sebab beratnya 300 kilogram," kata Farman.
sumber : wowunic
ouh jadi itu alasannya ya, kasian singanya di bunuh seperti itu, padahalkan hewan yang di lindungi..
BalasHapus