Sesuai dengan artikel yang penulis angkat sebelumnya, yang menjelaskan bahwa tujuan manusia hidup di dunia ini adalah untuk menyembah Allah SWT, artinya mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah dengan taat terhadap segala perintah-Nya, dan menjauhi segala larangan-Nya. Pembahasan penulis kali ini sangat erat kaitannya dengan tema tersebut. Disadari maupun tidak, dalam beribadah kebanyakan orang terbersit pengharapan untuk mendapatkan pahala dari Allah SWT. Dalam hal ini, salah satu ulama yaitu, Syeikh Al-Wasithi mengatakan :
العبادة الي طلب العفو عنها أقرب منها الي طلب الأعوض عليها
Artinya : Ibadah lebih dekat dengan permohonan ampun dibandingkan dengan mencari pahala
Berbicara mengenai ibadah, tentunya kita harus mengetahui pengertian dari ibadah itu sendiri. Secara bahasa ibadah berarti menyembah, sedangkan menurut istilah ialah melakukan amal perbuatan yang sesuai dengan syariat Islam, seperti sholat, puasa, menolong orang, sedekah, dan lain sebagainya. Kemudian muncul pertanyaan, sejauh mana kita beribadah?
Bila kita cermati, ada 2 hal yang sering melekat ketika seseorang beribadah, yaitu kesembronoan dan kekurangan. Sebagai contoh sederhana, misalnya sholat. Dalam mengerjakan sholat terkadang seseorang sering meremehkan waktu, artinya tidak tepat waktu, sebut saja sholat subuh, meskipun sempat terbangun mendengar adzan, tapi kadang terasa malas untuk langsung bangun dan mengerjakan sholat, cenderung menunda untuk mengerjakan sholat (sembrono). Selain itu, dari segi pelaksanaan sholatnya belum tentu sesuai dengan tujuan dari sholat itu sendiri yaitu, ingat kepada Allah (lidzikrillah) dengan khusyu’. Syarat dan rukunnya pun terkadang juga belum tentu melakukannya dengan sempurna, misalnya, ketika seseorang menunda sholat subuh dan melanjutkan tidurnya, kemudian waktu ia bangun waktu telah menunjukkan pukul 5 pagi, karena mengejar waktu subuh yang sebentar lagi habis, dengan cepat ia berwudhu dan melaksanakan sholat. Sehingga, sangat diragukan keabsahan wudhu dan shalatnya (kekurangan).
Berangkat dari hal di atas, sepertinya sangatlah ironis kalau manusia beribadah dan meminta atau mengharapkan pahala atau imbalan dari Allah SWT. Manusia beribadah dapat dianalogikan seperti halnya seseorang yang bekerja di suatu pabrik atau perusahaan. Ketika orang itu belum mampu mengerjakan apa yang menjadi pekerjaannya dengan baik, atau belum memberikan hasil kerja yang memuaskan, maka apakah dia tidak merasa malu meminta upah atau imbalan dari bos atau pemilik perusahaannya. Dalam beribadah, apakah seseorang tidak merasa malu meminta atau mengaharapkan pahala dari Allah SWT, padahal ibadah yang ia kerjakan belum terlaksana dengan baik.
Oleh karena itu kita harus menyadari, melihat ibadah yang kita laksanakan belum terlaksana dengan baik, masih terdapat banyak kekurangan, hal yang seharusnya kita lakukan adalah memohon ampunan kepada Allah SWT, dikarenakan kita belum dapat menjalankan perintahnya dengan baik. Sehingga, dikatakan bahwa ibadah lebih dekat dengan permohonan ampun dibandingkan dengan meminta atau mencari pahala. Itulah mengapa, setiap selesai melaksanakan sholat hendaknya kita membaca dzikir atau wiridan, seperti istigfar dan lain sebagainya.
Bila kita cermati, ada 2 hal yang sering melekat ketika seseorang beribadah, yaitu kesembronoan dan kekurangan. Sebagai contoh sederhana, misalnya sholat. Dalam mengerjakan sholat terkadang seseorang sering meremehkan waktu, artinya tidak tepat waktu, sebut saja sholat subuh, meskipun sempat terbangun mendengar adzan, tapi kadang terasa malas untuk langsung bangun dan mengerjakan sholat, cenderung menunda untuk mengerjakan sholat (sembrono). Selain itu, dari segi pelaksanaan sholatnya belum tentu sesuai dengan tujuan dari sholat itu sendiri yaitu, ingat kepada Allah (lidzikrillah) dengan khusyu’. Syarat dan rukunnya pun terkadang juga belum tentu melakukannya dengan sempurna, misalnya, ketika seseorang menunda sholat subuh dan melanjutkan tidurnya, kemudian waktu ia bangun waktu telah menunjukkan pukul 5 pagi, karena mengejar waktu subuh yang sebentar lagi habis, dengan cepat ia berwudhu dan melaksanakan sholat. Sehingga, sangat diragukan keabsahan wudhu dan shalatnya (kekurangan).
Berangkat dari hal di atas, sepertinya sangatlah ironis kalau manusia beribadah dan meminta atau mengharapkan pahala atau imbalan dari Allah SWT. Manusia beribadah dapat dianalogikan seperti halnya seseorang yang bekerja di suatu pabrik atau perusahaan. Ketika orang itu belum mampu mengerjakan apa yang menjadi pekerjaannya dengan baik, atau belum memberikan hasil kerja yang memuaskan, maka apakah dia tidak merasa malu meminta upah atau imbalan dari bos atau pemilik perusahaannya. Dalam beribadah, apakah seseorang tidak merasa malu meminta atau mengaharapkan pahala dari Allah SWT, padahal ibadah yang ia kerjakan belum terlaksana dengan baik.
Oleh karena itu kita harus menyadari, melihat ibadah yang kita laksanakan belum terlaksana dengan baik, masih terdapat banyak kekurangan, hal yang seharusnya kita lakukan adalah memohon ampunan kepada Allah SWT, dikarenakan kita belum dapat menjalankan perintahnya dengan baik. Sehingga, dikatakan bahwa ibadah lebih dekat dengan permohonan ampun dibandingkan dengan meminta atau mencari pahala. Itulah mengapa, setiap selesai melaksanakan sholat hendaknya kita membaca dzikir atau wiridan, seperti istigfar dan lain sebagainya.
* Tema tulisan ini bersumber dari pengajian KH. Jamaluddin Ahmad
Tambak Beras pada tanggal 29 agustus, 2005.
www(dot)updatebetting(dot)com
BalasHapus[Sbobet / Live Casino / Ibcbet / Sabung Ayam / Togel / Fishing World / E-Games]