Jakarta : Indonesia Negeri nan kaya berlimpah, tapi masih banyak warga
melarat. Kemiskinan di mana-mana, akibat maraknya korupsi dan
penyelewengan jabatan. Banyak rakyat kurang terurus. Indonesia haus akan
pemimpin jujur, amanah, bekerja, bekerja, dan bekerja untuk rakyat.
Kini muncul sejumlah tokoh baru yang diyakini bisa membawa Indonesia menuju terang. Hal itu yang ditulis media Amerika Serikat Wall Street Journal (WSJ). Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan Walikota Bandung Ridwan Kamil disebut WSJ sebagai 'new breed' atau 'rising star'--Republik Indonesia (RI). Mereka adalah tokoh baru yang dapat memberikan harapan bagi Indonesia.
"Selama 15 tahun setelah pemerintahan Orde Baru yang kuat, yang dipimpin Soeharto, dan kurang dari 1 tahun sebelum Indonesia mengalami transisi kepemimpinan, muncul pemimpin dengan tampilan beda yang didambakan oleh lebih dari 240 juta penduduk (Indonesia)," tulis Wall Street Journal lewat artikel berjudul 'In Indonesia, a New Breed of Politician Is on the Rise', 8 Oktober 2013, seperti dikutip Liputan6.com pada Rabu (9/10/2013).
"Ada walikota, gubernur, dan teknokrat yang reputasinya telah dikenal sebagai orang bersih di negara yang tengah dirundung korupsi. Mereka semakin populer dengan bermodalkan sedikit uang dan sedikit relasi dalam dunia politik yang selama ini dipimpin oleh pemimpin dari militer dan dinasti keluarga."
Pengamat politik internasional Douglas Ramage menyatakan, apa yang saat ini terjadi dalam dunia politik Indonesia sangat menarik untuk dikaji. "Tokoh-tokoh yang bersih dan transparan kini sedang meroket," katanya.
Jokowi Capres Nomor 1
Wall Street Journal menulis, tokoh 'new breed' yang paling menonjol adalah Joko Widodo. Mantan Walikota Solo, sebuah kota kecil di Jawa Tengah sebagai tempat di mana ia mereformasi birokrasi pemerintahan dan menggalakkan transparansi. Kampanye dengan yang biaya murah, tapi bisa membawanya menduduki kursi Gubernur Jakarta, jabatan kepala daerah paling penting.
"Dalam perbincangan politik, Pak Joko Widodo kini menempati ranking 1 dalam bursa capres Pemilu 2014. Tapi ia belum menyatakan akan maju."
Watak pemilih, papar WSJ, juga sudah berubah. Dari pola pikir mereka sejak zaman Soeharto yang cenderung diam hingga sekarang menjadi lebih menuntut pemimpin seperti apa yang seharusnya dipilih.
Ini merupakan yang kesekian kalinya Jokowi diperbincangkan dalam media internasional. Sosok pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 itu sebelumnya juga pernah menjadi objek opini akademisi dan pengamat politik mancanegara.
Nama Jokowi pun bergaung di media luar negeri. Seperti BBC yang menyebut 'Obamanya Jakarta', The Malay Mail 'Butuh Jokowinya Malaysia', The Australian 'Obamanya Indonesia', The Hindu 'Mana Jokowinya India?', Juga The Star 'Hanya Jokowi Capres yang Tepat'.
Tri Rismaharini dan PSK
Wall Street Jornal kemudian melansir, di kota besar kedua Indonesia, Surabaya, ada walikota perempuan pertama di Surabaya, Tri Rismaharini. Selama memimpin, ia punya banyak musuh karena keputusannya menentang proyek tol dalam kota. Ia pun memilih untuk memindahkan proyek itu ke pinggiran kota.
"Saat Gubernur Jawa Timur memerintahkan untuk menutup 'kegiatan malam', Bu Rismaharini punya pandangan lain. Ia beralasan untuk membenahi PSK secara bertahap. Dan memberikan mereka keterampilan baru," urai WSJ.
Sebelumnya tindak-tanduk Rismaharini juga disorot media Huffington Post. Namanya disebut dalam artikel berjudul 'Surabaya's Mrs. Mayor: Indonesia's Best-Kept Secret' yang ditulis Stanley Weiss, mantan petinggi perusahaan tambang sekaligus pendiri Business Executives for National Security.
"Ide-ide kreatifnya membuat pertumbuhan ekonomi Surabaya meningkat lebih dari 7,5 persen sejak memimpin pada 2010 silam. Ia pun diganjar penghargaan bergengsi, 2012 Women Leader Award dari Globe Asia."
Meski digadang-gadang jadi pemimpin nasional, Risma mengaku tidak berambisi politik. Sebab, menurutnya, menjadi walikota, gubernur, bahkan presiden adalah tanggung jawab yang luar biasa. Tak hanya soal memecahkan masalah, seperti banjir, "tapi bagaimana membantu orang berkembang dan menjadi sukses."
"Saat ia bicara, saya teringat pada logo Surabaya -- pertarungan hiu dan buaya. Sebagai walikota, Ibu Risma telah belajar untuk menjinakkan benturan kepentingan yang bersaing sengit. Apa lagi yang bisa dia lakukan untuk seluruh Indonesia?" tulis Stanley.
Ridwan Kamil `Sopir Angkot`
Di Bandung, tenggara Kota Jakarta yang telah lama dinilai sebagai salah satu kota dengan pemerintahan terburuk kini dipimpin oleh Ridwan Kamil, seorang arsitek. Ia menjabat walikota sejak 16 September 201. Ia berjanji untuk mengatasi banjir dan meningkatkan pengadaan transportasi umum.
"Pada hari-hari kerja baru-bari ini, Pak Kamil bersepeda dengan rombongannya ke stasiun bus kota yang penuh dengan angkot dan kendaraan bermotor lain. Dia menemui, berbicara, dan bertanya langsung kepada para sopir dan penumpang tentang keselamatan dan standar layanan yang mereka harapkan," tulis Wall Street Journal.
"Itu merupakan publisitas yang baik untuk seorang walikota baru, tetapi bisa juga mencoba meniru Pak Joko Widodo," sebut media AS itu.
Memang pada 20 September 2013 lalu, Ridwan Kamil memulai harinya dengan menjadi sopir angkot jurusan Kebon Kalapa-Dago. Pria yang karib disapa Emil itu menyetir transportasi publik untuk mendukung program 'Angkot Day' yang digagas komunitas Riset Indie dan Bandung Creative City Forum (BCCF).
270 Angkot berwarna hijau dipersiapkan. Warga Bandung pun boleh menikmati tanpa harus mengeluarkan ongkos mulai pukul 05.00-19.00 WIB. Tepat pukul 08.10 WIB Emil, memilih angkot D 1924 AN. Dia mengajak warga yang ingin disopiri. (Riz/Ein)
Kini muncul sejumlah tokoh baru yang diyakini bisa membawa Indonesia menuju terang. Hal itu yang ditulis media Amerika Serikat Wall Street Journal (WSJ). Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo, Walikota Surabaya Tri Rismaharini, dan Walikota Bandung Ridwan Kamil disebut WSJ sebagai 'new breed' atau 'rising star'--Republik Indonesia (RI). Mereka adalah tokoh baru yang dapat memberikan harapan bagi Indonesia.
"Selama 15 tahun setelah pemerintahan Orde Baru yang kuat, yang dipimpin Soeharto, dan kurang dari 1 tahun sebelum Indonesia mengalami transisi kepemimpinan, muncul pemimpin dengan tampilan beda yang didambakan oleh lebih dari 240 juta penduduk (Indonesia)," tulis Wall Street Journal lewat artikel berjudul 'In Indonesia, a New Breed of Politician Is on the Rise', 8 Oktober 2013, seperti dikutip Liputan6.com pada Rabu (9/10/2013).
"Ada walikota, gubernur, dan teknokrat yang reputasinya telah dikenal sebagai orang bersih di negara yang tengah dirundung korupsi. Mereka semakin populer dengan bermodalkan sedikit uang dan sedikit relasi dalam dunia politik yang selama ini dipimpin oleh pemimpin dari militer dan dinasti keluarga."
Pengamat politik internasional Douglas Ramage menyatakan, apa yang saat ini terjadi dalam dunia politik Indonesia sangat menarik untuk dikaji. "Tokoh-tokoh yang bersih dan transparan kini sedang meroket," katanya.
Jokowi Capres Nomor 1
Wall Street Journal menulis, tokoh 'new breed' yang paling menonjol adalah Joko Widodo. Mantan Walikota Solo, sebuah kota kecil di Jawa Tengah sebagai tempat di mana ia mereformasi birokrasi pemerintahan dan menggalakkan transparansi. Kampanye dengan yang biaya murah, tapi bisa membawanya menduduki kursi Gubernur Jakarta, jabatan kepala daerah paling penting.
"Dalam perbincangan politik, Pak Joko Widodo kini menempati ranking 1 dalam bursa capres Pemilu 2014. Tapi ia belum menyatakan akan maju."
Watak pemilih, papar WSJ, juga sudah berubah. Dari pola pikir mereka sejak zaman Soeharto yang cenderung diam hingga sekarang menjadi lebih menuntut pemimpin seperti apa yang seharusnya dipilih.
Ini merupakan yang kesekian kalinya Jokowi diperbincangkan dalam media internasional. Sosok pria kelahiran Surakarta, 21 Juni 1961 itu sebelumnya juga pernah menjadi objek opini akademisi dan pengamat politik mancanegara.
Nama Jokowi pun bergaung di media luar negeri. Seperti BBC yang menyebut 'Obamanya Jakarta', The Malay Mail 'Butuh Jokowinya Malaysia', The Australian 'Obamanya Indonesia', The Hindu 'Mana Jokowinya India?', Juga The Star 'Hanya Jokowi Capres yang Tepat'.
Tri Rismaharini dan PSK
Wall Street Jornal kemudian melansir, di kota besar kedua Indonesia, Surabaya, ada walikota perempuan pertama di Surabaya, Tri Rismaharini. Selama memimpin, ia punya banyak musuh karena keputusannya menentang proyek tol dalam kota. Ia pun memilih untuk memindahkan proyek itu ke pinggiran kota.
"Saat Gubernur Jawa Timur memerintahkan untuk menutup 'kegiatan malam', Bu Rismaharini punya pandangan lain. Ia beralasan untuk membenahi PSK secara bertahap. Dan memberikan mereka keterampilan baru," urai WSJ.
Sebelumnya tindak-tanduk Rismaharini juga disorot media Huffington Post. Namanya disebut dalam artikel berjudul 'Surabaya's Mrs. Mayor: Indonesia's Best-Kept Secret' yang ditulis Stanley Weiss, mantan petinggi perusahaan tambang sekaligus pendiri Business Executives for National Security.
"Ide-ide kreatifnya membuat pertumbuhan ekonomi Surabaya meningkat lebih dari 7,5 persen sejak memimpin pada 2010 silam. Ia pun diganjar penghargaan bergengsi, 2012 Women Leader Award dari Globe Asia."
Meski digadang-gadang jadi pemimpin nasional, Risma mengaku tidak berambisi politik. Sebab, menurutnya, menjadi walikota, gubernur, bahkan presiden adalah tanggung jawab yang luar biasa. Tak hanya soal memecahkan masalah, seperti banjir, "tapi bagaimana membantu orang berkembang dan menjadi sukses."
"Saat ia bicara, saya teringat pada logo Surabaya -- pertarungan hiu dan buaya. Sebagai walikota, Ibu Risma telah belajar untuk menjinakkan benturan kepentingan yang bersaing sengit. Apa lagi yang bisa dia lakukan untuk seluruh Indonesia?" tulis Stanley.
Ridwan Kamil `Sopir Angkot`
Di Bandung, tenggara Kota Jakarta yang telah lama dinilai sebagai salah satu kota dengan pemerintahan terburuk kini dipimpin oleh Ridwan Kamil, seorang arsitek. Ia menjabat walikota sejak 16 September 201. Ia berjanji untuk mengatasi banjir dan meningkatkan pengadaan transportasi umum.
"Pada hari-hari kerja baru-bari ini, Pak Kamil bersepeda dengan rombongannya ke stasiun bus kota yang penuh dengan angkot dan kendaraan bermotor lain. Dia menemui, berbicara, dan bertanya langsung kepada para sopir dan penumpang tentang keselamatan dan standar layanan yang mereka harapkan," tulis Wall Street Journal.
"Itu merupakan publisitas yang baik untuk seorang walikota baru, tetapi bisa juga mencoba meniru Pak Joko Widodo," sebut media AS itu.
Memang pada 20 September 2013 lalu, Ridwan Kamil memulai harinya dengan menjadi sopir angkot jurusan Kebon Kalapa-Dago. Pria yang karib disapa Emil itu menyetir transportasi publik untuk mendukung program 'Angkot Day' yang digagas komunitas Riset Indie dan Bandung Creative City Forum (BCCF).
270 Angkot berwarna hijau dipersiapkan. Warga Bandung pun boleh menikmati tanpa harus mengeluarkan ongkos mulai pukul 05.00-19.00 WIB. Tepat pukul 08.10 WIB Emil, memilih angkot D 1924 AN. Dia mengajak warga yang ingin disopiri. (Riz/Ein)
sumber : Liputan6