Isu Penyadapan Australia-Indonesia di Mata Media Asing

Presiden SBY disadap Australia (Foto: Reuters) Presiden SBY disadap Australia (Foto: Reuters)
 
JAKARTA - Ketegangan Indonesia dan Australia terkait isu penyadapan menjadi perhatian media internasional. Beberapa dari media menyoroti perkembangan terakhir dari masalah ini, termasuk penghinaan terhadap Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa.

Sejak terkuaknya penyadapan yang dilakukan oleh intelijen Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara Ani Yudhoyono serta beberapa tokoh lainnya, hubungan antara kedua berada di titik terendahnya. Sikap keras Perdana Menteri Tony Abbott yang enggan meminta maaf, dibalas oleh SBY dengan menghentikan kerja sama militer dan penanganan imigran gelap.

Beberapa media asing mengikuti perkembangan dari masalah ini. Publikasi seperti Time, The New York Times turut memberikan tajuk mereka masing-masing, antara lain:

Time

Majalah ternama ini melakukan pendekatan tidak lazim dibandingkan media lainnya. Time melihat hubungan Indonesia dana Australia saat ini sangat janggal. Time memperhatikan komentar penasihat Partai Liberl Mark Textor yang menyebut sosok Menlu Marty Natalagewa seperti bintang porno Filipina era 70-an.

"Textor belum mengklarifikasi apa yang membuatnya berpikir bahwa (Menlu) Natalegawa tampak seperti bintang porno Filipina. Dia juga tidak menjelaskan, apakah etika bintang porno lebih baik atau lebih buruk dari seorang politisi," tulis Time, seperti dikutip Guardian, Jumat (22/11/2013).

The New York Times


The New York Times menulis headline dengan judul, "NSA spying scandal tarnishes relations between Indonesia and Australia" atau dalam bahasa Indonesia "Skandal mata-mata NSA rusak hubungan Indonesia dan Australia". Times -sebutan the New York Times- menyebutkan, hubungan antara kedua berada pada titik terendah meskipun ini bukanlah yang pertama kalinya terjadi.

Namun the Times bingung dengan Amerika Serikat (AS) yang sepertinya tidak terpengaruh, mengingat isu penyadapan itu bocor dari dokumen yang diumbar oleh mantan pegawai intelijen AS Edward Snowden.

"Tidak diragukan lagi Australia menjadi target kemarahan dari Indonesia. Tetapi Menlu Marty Natalegawa mengabaikan peran Amerika Serikat, dengan tidak menyebutkan status dari Dubes RI untuk AS. Ini bukanlah hari yang baik bagi hubungan Indonesia-Australia," jelas the New York Times.

The Independent

Surat kabar Inggris ini tidak mendukung cara PM Tony Abbott dalam mengatasi permasalahan hubungannya dengan Indonesia. The Independent sebelumnya menyoroti sikap Abbott yang membuat kebijakan para imigran ilegal menyangkut Indonesia, tanpa melakukan konsultasi terlebih dahulu.

"Abbott bahkan bukan sebagai pemimpin oposisi pada 2009, ketika dugaan penyadapan itu terjadi. Tetapi caranya mengatasi masalah pada hubungan diplomatiknya telah menunjukkan bentuk kebijakan luar negerinya, dengan menghasilkan masalah demi masalah di percaturan dunia," tulis the Independent.

The Diplomat


Publikasi yang lebih fokus di Asia Pasifik ini melontarkan spekulasi apakah Indonesia akan membatalkan traktat pertahanan yang disepakati dengan Australia. Traktat Lombok mengatur kerja sama termasuk imigran gelap, narkoba, dan senjata termasuk juga kerja sama intelijen dan pertahanan.

"Tidak ada yang yakin apakah tuduhan penyadapan yang dilakukan Australia adalah pelanggaran atas traktat itu. Mungkin saja Indonesia kembali membatalkan kerja sama keamanannya dengan Australia, yang tentunya akan memberikan dampak besar dalam keamanan Asia Pasifik," sebut the Diplomat.

sumber : okezone

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak