Tidak perlu menjadi penggemar automotif untuk mengenal Lamborghini, supercar buatan Italia yang terkenal karena kemewahan, kecepatan, tenaga, desain, serta harganya yang amat mahal itu.
Semua orang tahu Lamborghini. Tapi, tidak semua orang tahu tahu bahwa mobil seharga miliaran rupiah itu dirakit menggunakan tangan (bukan mesin atau lengan robot) di sebuah desa kecil di Italia.
Desa itu bernama Sant’ Agata Bolognese, terletak 32 kilometer di sebelah utara Bologna, kota kosmopolit dan kaya budaya yang oleh Unesco dilabeli ”city of music” itu. Di Sant’ Agata itulah Automobili Lamborghini, S.p.A menciptakan mobil sport legendaris Lamborghini sejak 1963 dan mengapalkannya ke seluruh penjuru dunia. Mulai dari Miura, Countach, Diablo, Gallardo, Muricelago, Reventon, hingga yang terbaru Aventador.
Walau pada 2010 penjualan Automobili Lamborghini menurun hingga 14 persen di angka 1.302 unit, namun market share di negara seperti China justru tumbuh melebihi Amerika. Pada 2010, misalnya, 206 unit Lamborghini dibeli oleh para taipan China. Tahun ini sudah lebih dari 300 unit. Kini selain di Amerika, fokus jualan Automobili Lamborghini ada di wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA), serta Asia.
Pada 2008, Automobili Lamborghini memproduksi 2,430 unit mobil. Sekitar 1.800 diantaranya adalah model terlaris Gallardo, satu-satunya varian Lamborghini yang mengusung mesin V8 hingga disebut ”baby Lambo”. Sedangkan 630 unit sisanya merupakan model flagship atau unggulan mereka, Murcielago.
Lamborghini Dibuat dengan Tenaga Manusia.
Lamborghini menggunakan filosofi yang sama dengan yang digunakan Toyota sejak 1960an dalam menciptakan alur perakitan mobil yang simpel dan efektif di pabriknya. Setiap pekerja menghabiskan sekitar dua jam di setiap pos atau workstation untuk memberikan fokus pada setiap komponen yang ada di Lamborghini. Pekerjaan mereka sangat rumit, membutuhkan presisi, kerapihan, dan sangat berorentasi pada detil.
Proses perakitan setiap mobil Lamborghini dilakukan dengan tenaga manusia. Peran robot nyaris ditiadakan. Dalam proses perakitan, mata dan tangan manusia berperan penting terhadap bagaimana mobil ini dirakit. Setiap pekerja memang dibantu dengan komputer yang memberikan informasi secara real time bagaimana setiap komponen terpasang dengan sempurna. Ini yang menjelaskan mengapa hanya ada 3,5 unit Aventador yang diproduksi setiap harinya.
Setelah perakitan usai, setiap unit Lamborghini di uji menggunakan dinamometer indoor untuk memastikan subsistem seperti stability control, rem, maupun transmisi bekerja harmonis dalam kecepatan hingga 170 km per jam.
Ujian finalnya, tentu saja seorang tes driver merapal langsung mobil itu dalam kecepatan 60-80 km perjam di jalan raya Sant’ Agata. Test driver mencari 200 kesalahan potensial yang mungkin muncul. Mulai dari kebocoran udara, lampu peringatan, pergantian gigi yang kasar, atau driving-mode yang tidak bekerja seperti seharusnya. Mereka membawa alat perekam suara digital untuk mencatat setiap observasinya saat bermanuver di jalanan pedesaan Sant’ Agata yang sempit-sempit itu.
Untuk hemat energi pabrik Lamborghini menggunakan atap sel surya.
Meski memproduksi mobil bermesin V12 dengan 6.500 cc yang haus bensin, namun Automobili Lamborghini tetap berupaya menjaga agar pabrik mereka hemat energi dan ramah lingkungan. Caranya, sebisa mungkin meredam emisi CO2.
Tak tanggung tanggun, investasi yang mereka gulirkan hingga 2015 mendatang mencapai USD45 juta atau Rp412 miliar.
Target utama investasi ini ada dua. Pertama, memodifikasi pabrik Sant’Agata seluas 17.000 meter persegi atau dua kali lapangan bola itu agar tidak lagi boros emisi CO2nya.
Perubahan yang paling menonjol adalah mengganti seluruh atap pabrik dengan sel surya atau Photovoltaic. Photovoltaic merupakan semikunduktor yang dapat mengubah cahaya mahatari menjadi energi listrik.
Semua orang tahu Lamborghini. Tapi, tidak semua orang tahu tahu bahwa mobil seharga miliaran rupiah itu dirakit menggunakan tangan (bukan mesin atau lengan robot) di sebuah desa kecil di Italia.
Desa itu bernama Sant’ Agata Bolognese, terletak 32 kilometer di sebelah utara Bologna, kota kosmopolit dan kaya budaya yang oleh Unesco dilabeli ”city of music” itu. Di Sant’ Agata itulah Automobili Lamborghini, S.p.A menciptakan mobil sport legendaris Lamborghini sejak 1963 dan mengapalkannya ke seluruh penjuru dunia. Mulai dari Miura, Countach, Diablo, Gallardo, Muricelago, Reventon, hingga yang terbaru Aventador.
Walau pada 2010 penjualan Automobili Lamborghini menurun hingga 14 persen di angka 1.302 unit, namun market share di negara seperti China justru tumbuh melebihi Amerika. Pada 2010, misalnya, 206 unit Lamborghini dibeli oleh para taipan China. Tahun ini sudah lebih dari 300 unit. Kini selain di Amerika, fokus jualan Automobili Lamborghini ada di wilayah Eropa, Timur Tengah, dan Afrika (EMEA), serta Asia.
Pada 2008, Automobili Lamborghini memproduksi 2,430 unit mobil. Sekitar 1.800 diantaranya adalah model terlaris Gallardo, satu-satunya varian Lamborghini yang mengusung mesin V8 hingga disebut ”baby Lambo”. Sedangkan 630 unit sisanya merupakan model flagship atau unggulan mereka, Murcielago.
Lamborghini Dibuat dengan Tenaga Manusia.
Lamborghini menggunakan filosofi yang sama dengan yang digunakan Toyota sejak 1960an dalam menciptakan alur perakitan mobil yang simpel dan efektif di pabriknya. Setiap pekerja menghabiskan sekitar dua jam di setiap pos atau workstation untuk memberikan fokus pada setiap komponen yang ada di Lamborghini. Pekerjaan mereka sangat rumit, membutuhkan presisi, kerapihan, dan sangat berorentasi pada detil.
Proses perakitan setiap mobil Lamborghini dilakukan dengan tenaga manusia. Peran robot nyaris ditiadakan. Dalam proses perakitan, mata dan tangan manusia berperan penting terhadap bagaimana mobil ini dirakit. Setiap pekerja memang dibantu dengan komputer yang memberikan informasi secara real time bagaimana setiap komponen terpasang dengan sempurna. Ini yang menjelaskan mengapa hanya ada 3,5 unit Aventador yang diproduksi setiap harinya.
Setelah perakitan usai, setiap unit Lamborghini di uji menggunakan dinamometer indoor untuk memastikan subsistem seperti stability control, rem, maupun transmisi bekerja harmonis dalam kecepatan hingga 170 km per jam.
Ujian finalnya, tentu saja seorang tes driver merapal langsung mobil itu dalam kecepatan 60-80 km perjam di jalan raya Sant’ Agata. Test driver mencari 200 kesalahan potensial yang mungkin muncul. Mulai dari kebocoran udara, lampu peringatan, pergantian gigi yang kasar, atau driving-mode yang tidak bekerja seperti seharusnya. Mereka membawa alat perekam suara digital untuk mencatat setiap observasinya saat bermanuver di jalanan pedesaan Sant’ Agata yang sempit-sempit itu.
Untuk hemat energi pabrik Lamborghini menggunakan atap sel surya.
Meski memproduksi mobil bermesin V12 dengan 6.500 cc yang haus bensin, namun Automobili Lamborghini tetap berupaya menjaga agar pabrik mereka hemat energi dan ramah lingkungan. Caranya, sebisa mungkin meredam emisi CO2.
Tak tanggung tanggun, investasi yang mereka gulirkan hingga 2015 mendatang mencapai USD45 juta atau Rp412 miliar.
Target utama investasi ini ada dua. Pertama, memodifikasi pabrik Sant’Agata seluas 17.000 meter persegi atau dua kali lapangan bola itu agar tidak lagi boros emisi CO2nya.
Perubahan yang paling menonjol adalah mengganti seluruh atap pabrik dengan sel surya atau Photovoltaic. Photovoltaic merupakan semikunduktor yang dapat mengubah cahaya mahatari menjadi energi listrik.
sumber : danevil
Fabulous post, you have denoted out some fantastic points, I likewise think this s a very wonderful website.
BalasHapusI will visit again for more quality contents and also, recommend this site to all. Thanks.
Try to check my blog: 강남오피
(jk)