Ada pemandangan aneh di permukiman Suku Cia-cia di Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara. Banyak papan nama, petunjuk jalan, bahkan rambu lalu lintas ditulis menggunakan huruf Korea. Tak heran jika kawasan mayoritas muslim di pulau Buton itu dijuluki "Kampung Korea".
Mengapa huruf Korea populer di sana? Apa gara-gara mereka keranjingan Gangnam Style? Atau karena terpengaruh K-pop?
Bukan itu penyebabnya. Zaman dahulu Suku Cia-cia tak memiliki huruf. Berbeda dari suku Jawa yang memiliki huruf Jawa, suku ini tak memiliki huruf asli.
Masalahnya bahasa yang digunakan suku ini agak susah jika ditulis menggunakan huruf latin (abjad). Justru lebih pas kalau dieja menggunakan huruf Hangeul Korea. Karena itulah mereka kemudian menggunakan huruf Korea tersebut.
Sejak tahun 2005, pemerintah setempat menjalin kerja sama dengan Korea Selatan. Dua tahun kemudian, Pemerintah Kota Bau-Bau bekerja sama dengan lembaga riset bahasa Korea menyusun buku bahasa Cia-cia dengan huruf Korea. Huruf Korea kemudian diajarkan di semua jenjang sekolah, mulai dari SD hingga SMA dalam pelajaran muatan lokal (mulok).
Wah, apa tidak bertentangan dengan Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928 ya? Kamu masih ingat kan isi Sumpah Pemuda? Salah satunya, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Lalu mengapa Pemerintah Bau-Bau justru mengajari warganya bahasa Korea? Ternyata, yang dipelajari dan digunakan cuma hurufnya. Bahasa yang digunakan tetap bahasa Indonesia. Jadi walau ditulis menggunakan huruf Korea, bacaannya tetap bahasa Indonesia.
Mengapa huruf Korea populer di sana? Apa gara-gara mereka keranjingan Gangnam Style? Atau karena terpengaruh K-pop?
Bukan itu penyebabnya. Zaman dahulu Suku Cia-cia tak memiliki huruf. Berbeda dari suku Jawa yang memiliki huruf Jawa, suku ini tak memiliki huruf asli.
Masalahnya bahasa yang digunakan suku ini agak susah jika ditulis menggunakan huruf latin (abjad). Justru lebih pas kalau dieja menggunakan huruf Hangeul Korea. Karena itulah mereka kemudian menggunakan huruf Korea tersebut.
Sejak tahun 2005, pemerintah setempat menjalin kerja sama dengan Korea Selatan. Dua tahun kemudian, Pemerintah Kota Bau-Bau bekerja sama dengan lembaga riset bahasa Korea menyusun buku bahasa Cia-cia dengan huruf Korea. Huruf Korea kemudian diajarkan di semua jenjang sekolah, mulai dari SD hingga SMA dalam pelajaran muatan lokal (mulok).
Wah, apa tidak bertentangan dengan Sumpah Pemuda yang dideklarasikan pada 28 Oktober 1928 ya? Kamu masih ingat kan isi Sumpah Pemuda? Salah satunya, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Lalu mengapa Pemerintah Bau-Bau justru mengajari warganya bahasa Korea? Ternyata, yang dipelajari dan digunakan cuma hurufnya. Bahasa yang digunakan tetap bahasa Indonesia. Jadi walau ditulis menggunakan huruf Korea, bacaannya tetap bahasa Indonesia.
sumber : fadhlihsan
sip banget infonya bos... di tempat ane malah ga ada sama sekali
BalasHapuswahh kok bisa begitu ya, bahasa tetap bahasa indonesia tapi tulisannya pake bahasa korea.. hmm yang penting kita harus bangga menjadi warga negara indonesia dan tetap menjunjung tinggi bahasa persatuan yaitu bahasa indonesia..
BalasHapus