A.
Pemikiran Hadis Michael Cook : Kritik
terhadap Teori Common Link[1]
Pada dasarnya bila dilihat dari background dalam riwayat pendidikannya,
tokoh berkebangsaan Inggris ini tidak menekuni studi keilmuan Islam (Islamic Study) yang berkonsentrasi dalam
bidang hadis. Cook menjalani masa
kuliahnya dengan berkonsentrasi dalam kajian sejarah dan kajian ketimuran (oriental
study) di perguruan tinggi King’s College Cambridge (1959-1963).[2] Ia lebih dikenal sebagai historian
(sejarawan).
Lantaran
pada masa itu Islam telah menjadi fokus kajian tersendiri
bagi kaum orientalis barat dalam kajian keilmuan mereka. Tentu dengan berbagai
varian faktor
dan background pemikiran mereka yang
menjadi motivasi dalam upaya penelitiannya, yang terkadang hasilnya
menjadikannya penyerangan mengenai keyakinan atau biasa dengan sebutan upaya
missionaries, terkadang dapat memberikan kontribusi yang tidak sepele bagi Islam
sendiri. Terkait dengan itu, kajian
terhadap hadis-hadis nabi menjadi bagian penelitian yang tidak kalah terpenting
setelah Al-Qur’an mengingat fungsinya sebagai “tulisan” dan rujukan paling
urgen di samping al-Qur’an bagi umat Muslim.
Berangkat dari situasi tersebut, nampaknya
Cook terpengaruh dalam bidang hadis yang tentunya hadis begitu erat hubungannya
dengan sejarah yang menjadi konsentrasinya. Meskipun demikian, Cook tidak
terlihat begitu dalam fokus terhadap hadis. Cook tidak memperlihatkan bahwa ia
mempunyai pemikiran yang secara spesifik dalam bidang hadis. Ia dikenal sebagai
orientalis atas respon dan kritikan yang ia berikan terhadap teori common link.
Common link merupakan buah pemikiran dan yang
ditawarkan Schacht yang termanifestasi
dalam karya monumentalnya, yaitu buku yang berjudul “The Origins of
Muhammadan Jurisprudence”. Buku ini menjadi rujukan para orientalis dalam
mengkaji hadis. Kendati demikian, dikalangan orientalis teori-teori Schacht masih
menimbulkan reaksi pro dan kontra. Pengukuhan dan pembelaan datang dari
Brunschvig, Juynboll, J. van Ess, P. Crone, Powers dan Calder. Sementara kritik
atas asumsi, dan ide-idenya muncul dari Coulson, M. Cook, Motzki, dan Rubin.[3]
Mengenai kritik Cook terhadap teori Schacht hanya terfokus pada
teori common link. Menurut Cook, munculnya fenomena common link adalah
akibat dari proses penyebaran isnad dalam skala besar. Fenomena common
link tidak menunjukkan bahwa sebuah hadis benar-benar bersumber dari
seorang periwayat kunci. Oleh karena itu, metode common link yang
dikembangkan oleh Juynboll tidak dapat dipakai menelusuri asal-usul, sumber,
dan kepengarangan hadis.[4]
B.
Tanggapan Juynboll atas Kritik M. Cook
Munculnya kritik Cook terhadap teori common link ini tak
membuat Juynboll yang merupakan pendukung setia sekaligus penerus Schacht patah
arang. Guru besar hadis universitas Leiden Belanda ini mencoba mematahkan
serangan Cook dengan mengemukakan argumennya ; pertama, model penyebaran
isnad –kata Juynboll-- memang sering kali terjadi dan merupakan penyebab
bagi perkembangan isnad. Meskipun demikian, jika kejadian ini
benar-benar dilakukan oleh sejumlah besar periwayat yang sezaman secara
bersamaan maka ia seharusnya meninggalkan kesaksian-kesaksian dalam berbagai
sumber rijal. Gagasan tentang adanya konspirasi untuk memalsukan hadis
juga ditolak karena jika benar maka tentu ada tanda-tanda dalam sumbernya.[5]
Kemudian argumen yang kedua, apabila sejumlah periwayat
hadis berasal dari satu orang dan atas dasar prinsip Cook ditegaskan bahwa
semua jalur periwayatan adalah palsu,
kecuali satu, maka fenomena kebetulan (coincidence) semacam ini
harus dijelaskan, yakni mengapa sejumlah murid masing-masing dengan alasannya
sendiri dan bekerja sendiri-sendiri tanpa diketahui oleh sesama murid, berlagak
seolah-olah menerima hadis yang sama dari seorang guru yang sama? Menurut
Juynboll, fenomena kebetulan seperti ini sulit diterima. Berkaitan dengan hal
ini Juynboll mengatakan :
Adalah lebih masuk akal untuk
melihatnya sebagai jalur historis dari seorang syeikh ke sejumlah muridnya yang
semuanya mengaku bahwa mereka telah mendengar hadis tertentu dari syeikh itu.
Dan Cook cenderung setuju bahwa semakin banyak jalur periwayatan bertemu di
satu titik, semakin kecil kemungkinan prinsipnya dapat diterapkan pada titik
itu. Makin bersimpul suatu jalur periwayatan, makin masuk akal kesejarahannya.
Selain itu, nampaknya Harald Motzki
juga tidak tinggal diam memberikan tanggapan atas kritik M. Cook terhadap teori
common link tersebut. Menurut Motzki, prinsip Cook tentang penyebaran isnad
tidak dapat diterima. Adanya kemungkinan, atau bahkan kemasukakalan, bahwa isnad-isnad
telah diciptakan dan kenyataan bahwa “penyebaran isnad” telah
terbukti kebenarannya dalam kasus-kasus individual, hal itu tidak dengan
sendirinya mengabsahkan generalisasi prinsip tersebut dan mendevaluasi sistem isnad
secara keseluruhan. Hal ini disebabkan karena maksud sistem isnad adalah
untuk meyakinkan reliabilitas proses periwayatan. Nilai dasarnya adalah bahwa
seseorang harus menyebutkan nama informannya yang darinya ia mendapatkan
informasi itu. Melakukan hal sebaliknya adalah pemalsuan dan ketidakjujuran.
Hal ini jelas diketahui oleh para ahli hadis yang akrab dengan sistem itu.[6]
C. Aliran
Pemikiran Hadis M. Cook
Dalam hal aliran pemikiran, Herbert Berg mengkategorikan Cook dalam
aliran “renewed skepticism”, kendati demikian M. Cook lebih setuju bila
ia dikategorikan dalam golongan skepticism. Hal ini tidak lain dan tidak bukan
menurut M. Cook hanyalah dalam masalah kronologi waktu kategorisasi, sebut saja
dalam penempatan aliran pemikiran Motzki, Berg memasukkan Motzki dalam kelompok
middle ground, padahal karya Motzki yang merupakan manifestasi pemikiran
Motzki datang belakangan daripada pengkategorisasian aliran pemikirannya yang
dilakukan oleh Berg. Maka dari itu, di sisi lain Cook tidak begitu yakin keakuratan
laporan Berg yang ia kemukakan dalam hal pemikiran para sarjanawan.[7]
[1] Common
link adalah,
sebagaimana pernyataan Schacht bahwa sebuah hadis biasanya diedarkan oleh
seorang ahli hadis yang disebutnya sebagai N.N., atau oleh seorang yang pada
saat tertentu menggunakan namanya. Dalam perkembangannya, secara alami hadis
itu diriwayatkan oleh salah seorang atau beberapa periwayat pada generasi
berikutnya dan sebagai akibatnya bagian bawah isnad bercabang menjadi beberapa
jalur. Lihat Kamarudin
Amin, Menguji
Kembali Keakuratan Metode Kritik Hadis (Jakarta Selatan: Hikmah, 2009), hlm. 166. Secara sederhana, common link dapat dikatakan yaitu
seorang perawi yang menjadi penghubung suatu hadis dengan perawi-perawi lain di
bawahnya. Teori common link ini merupakan konsep yang bermula dari
Joseph Schacht, orang yang pertama kali menyebutkan istilah ini dalam karyanya,
The Origins of Muhammadan Jurisprudence, kemudian dikembangkan oleh
G.H.A. Juynboll.
[2]Wikipedia, Michael Cook (historian) dalam http://en.wikipedia.org/wiki/Michael_Cook
diakses tanggal 29 Mei 2011.
[3] Syamsuddin
Arif, Gugatan Orientalis dalam www.tasbihkembar.blogspot.com,
diakses tanggal 29 Mei 2011.
[4] Ali
Masrur, Teori Common Link G.H.A. Juynboll; Melacak Akar Kesejarahan Hadis
Nabi (Yogyakarta: Lkis, 2007), hlm. 184-185.
[5] Ali
Masrur, Teori Common Link G.H.A.
Juynboll, hlm. 189.
[6] Ali
Masrur, Teori Common Link G.H.A. Juynboll,
hlm. 189-191.
[7] Informasi ini penulis
dapatkan atas wawancara yang telah penulis lakukan dengan M. Cook menggunakan
sarana email pada tanggal 29 Mei 2011 (email: mcook@princeton.edu).